KEPEMIMPINAN, KEKUASAAN DAN POLITIK
TUGAS MATA KULIAH KEPEMIMPINAN
DOSEN PENGEMPU: MOH ABU SUHUD
DISUSUN OLEH:
RODI
11230038
FAKULTAS DAKWAH
PROGRAM STUDI: PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISALAM
UNIVERSITAS ISALAM NEGRI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2013
A.KEPEMIMPINAN
Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi
sebuah kelompok untuk mencapai suatu visi atau serangkaian tujuan tertentu yang
ditetapkan. Seseorang bisa memperoleh peran pemimpin hanya karena posisinya
dalam organisasi tersebut. Namun, tidak semua pimpinan adalah manajer, demikian
pula sebaliknya, tidak semua manajer adalah pemimpin. Hanya karena suatu
organisasi memberikan hak - hak formal kepada manajernya, bukan jaminan bahwa
mereka mampu memimpin dengan efektif.
Organisasi membutuhkan kepemimpinan dan manajemen
yang kuat agar efektivitasnya optimal. Di dunia yang serba dinamis seperti
sekarang ini, kita membutuhkan pimpinan - pimpinan yang berani menentang status
quo, menciptakan visi masa depan, dan mengilhami anggota - anggota organisasi
untuk secara sukarela mencapai visi tersebut. Kita juga membutuhkan manajer
untuk merumuskan rencana yang mendetail, dan menciptakan struktur organisasi
yang efesien.
B.
TEORI KEPEMIMPINAN
1. Teori Sifat
Teori Sifat Kepemimpinan adalah teori - teori yang
mempertimbangkan berbagai sifat dan karakteristik pribadi yang membedakan para
pemimpin dari mereka yang bukan pemimpin dengan cara berfokus pada berbagai
siat dan karakteristik pribadi.
2. Teori Perilaku
Teori Perilaku Kepemimpinan adalah teori -teori
yang mengemukakan bahwa beberapa perilaku tertentu membedakan dari mereka yang
bukan pemimpin.
Para peneliti di Ohio State University berusaha
mengidentifikasi dimensi - dimensi independen dari perilaku pemimpin. Dimulai
dengan lebih dari seribu dimensi menjadi dua kategori yang pada dasarnya
menjelaskan sebagian besar perilaku kepemimpinan sebagaimana dideskripsikan par
karyawan. Mereka menyebut kedua dimensi ini struktur awal dan tenggang rasa.
Struktur awal merujuk pada tingkat sampai mana
seorang pemimpin akan menetapkan dan menyusun perannya dan peran para
bawahannya dalam usaha mencapai tujuan. Sedangkan tenggang rasa dideskripsikan
sebagai tingkat sampai mana seorang pemimpin akan memiliki hubungan profesional
yang ditandai oleh kesalingpercayaan, rasa hormat terhadap ide - ide anak buah,
dan rasa hormat terhadap perasaan - perasaan mereka.
Pada saat yang bersamaan, kelompok dari University
of Michigan menghasilkan dua dimensi perilaku kepemimpinan yang mereka namai
berorientasi karyawan dan berorientasi produksi. Pemimpin yang berorientasi
karyawan menekankan hubungan antarpersonal; mementingkan kabutuhan para
karyawan, dan menerima perbedaan - perbedaan individual di antara para anggota.
Pemimpin yang berorientasi produksi yaitu seorang pemimpin yang menekankan aspek
- aspek teknis atau tugas dari suatu pekerjaan tertentu.
Perbedaan antara teori sifat dengan teori
perilaku, dalam penerapannya, terletak pada asumsi - asumsi pokoknya. Teori
sifat berasumsi bahwa pemimpin dilahirkan, bukan diciptakan. Namun, bila ada perilaku
- perilaku tertentu yang mengidentifikasi pemimpin, kita bisa mengajarkan
kepemimpinan. Kita bisa merancang beragam program untuk menanamkan pola - pola
perilaku ini dalam diri mereka yang ingin menjadi pemimpin yang efektif.
Berdasarkan bukti yang ada, teori perilaku,
seperti halnya teori sifat, memberi kita tambahan pemahaman mengenai
kepemimpinan yang efektif. Para pemimpin yang memiliki sifat - sifat tertentu,
dan yang menampilkan perilaku tenggang rasa dan disiplin dalam kerja , memang
lebih efektif.
3. Teori Sumberdaya Kognitif
Teori kepemimpinan yang menyatakan bahwa stress
secara negatif mempengaruhi suatu situasi serta kecerdasan dan pengalaman bisa
mengurangi pengaruh sterss yag dirasakan pemimpin. Inti dari teori ini adalah
bahwa stress merupakan musuh rasionalitas. Sulit bagi para pemimpin untuk
berpikir secara logis dan analitis ketika sedang stress. Selain itu, peran
kecerdasan dan pengalaman seorang pemimpin dalam kaitannya dengan efektivitas
berbeda dalam situasi stresstingkat rendah dan tinggi.
Kemampuan intelektual seorang pemimpin berhubungan
secara positif dengan kinerja dalam situasi stress tingkat rendah dan secara
negatif dalam situasi stress tingkat tinggi. Sebaliknya, pengalaman seseorang
pemimpin herhubungan secara negatif dengan kinerja dalam situasi stress tingkat
rendah dan secara positif dalam situasi stress tingkat tinggi. Jadi tingkat
stress yang terkandung dalam situasi menentukan apakah kecerdasan atau
pengalaman seorang individu yang akan memberikan kontribusi bagi kinerja
kepemimpinan.
Pada kenyataannya, sebuah kajian menegaskan bahwa
ketika tingkat stress rendah dan pemimpin bersifat direktif (yaitu, ketika
seorang pemimpin bersedia memberi tahu orang mengenai apa yang harus
dilakukan), kecerdasan memiliki peran penting terhadap efektivitas seorang
pemimpin.
C. GAYA KEPEMIMPINAN
Ø Model
Fiedler
Model kemungkinan Fiedler menyatakan bahwa
kelompik yang efektif bergantung pada kesesuaian antara gaya interaksi seorang
pemimpin dengan bawahannya serta sejauh mana situasi tersebut menghasilkan
kendali dan pengaruh untuk pemimpin tersebut.
Fiedler mengidentifikasi tiga dimensi kemungkinan
yang menurutnya, menentukan faktor - faktor situasional kunci yang menentukan
efektivitas kepemimpinan. Faktor - faktor tersebut adalah hubungan pemimpin -
anggota, struktur tugas, dan kekuatan posisi. Ketiganya didefinisikan sebagai
berikut :
1.Hubungan pemimpin-anggota
Tingkat kepatuhan, kepercayaan, dan rasa hormat
yang dimiliki oleh bawahan terhadap pimpinan mereka.
1. Struktur tugas
Tingkat sejauh mana penentuan pekerjaan
diproseduralkan (yaitu, terstruktur atau tidak terstruktur)
2. Kekuatan Posisi
Pengaruh yang berasal dari posisi struktural
formal seseorang dalam organisasi; termasuk kekuatan untuk mempekerjakan,
memecat, mendisiplinkan, mempromosikan, dan memberikan kenaikan gaji.
Berdasarkan penelitiannya, Fiedler menyimpulkan
bahwa pemimpin yang berorientasi tugas cenderung bekerja secera lebih baik
dalam situasi yang sangat tidak menguntungkan mereka. Fiedler mengatakan bahwa
pemimpin yang berorientasi tugas bekerja sangat baik dalam situasi - situasi
dengan tingkat kontrol yang tinggi dan rendah, sementara pemimpin yang
berorientasi hubungan kerja sangat baik dalam situasi - situasi dengan tingkat
kontrol yang modern.
Terdapat dua cara untuk meningkatkan efektivitas
pemimpin. Pertama, mengganti pemimpin tersebut agar sesuai dengan situasi yang
ada. Misalnya, apabila situasi kelompok dinilai sangat tidak menguntungkan
tetapi saat itu mereka tengah dipimpin oleh seorang manajer yang berorientasi
hubungan, konerja kelompok dapat ditingkatkan dengan mengganti manajer tersebut
dengan seorang manajer lain yang berorientasi tugas. Yang kedua, mengubah
situasi agar sesuai dengan sang pemimpin. Hal tersebut bisa dilakukan dengan
cara melakukan restrukturisasi tugas atau meningkatkan atau mengurangi kekuatan
yang dimiliki oleh pemimpin untuk mengontrol berbagai faktor seperti kenaikan
gaji, promosi, dan tindakan disipliner.
Ø Teori Stuasional Hersey dan Blanchard
Paul Hersey dan Ken Blanchard telah mengembangkan
sebuah model kepemimpinan yang disebut ”Teori
Kepemimpinan Situasional”(Situational
Leadership Theory-SLT).Kepemimpinan situasional adalah sebuah teori
kemungkinan yang berfokus pada para pengikut. Kepemimpinan yang berhasil
dicapai dengan cara memilih gaya kepemimpinan yang benar yang menurut Hersey
dan Blanchard bergantung pada tingkat kesiapan para pengikut.
Penekanan pada para pengikut dalam efektifitas
kepemimpinan mencerminkan realitas bahwa para pengikutlah yang menerima atau
menolak pemimpin tersebut. Istilah kesiapan sebagaimana didefinisikan oleh
Hersey dan Blanchard, merujuk pada tingkat sampai mana orang memiliki kemampuan
dan kesediaan untuk menyelesaikan tugas tertentu.
Hersey
dan Blanchard mengidentifikasikan empat perilaku pemimpin yang khusus-dari
sangat direktif sampai sangat laissez-faire. Perilaku mana yang paling efektif
bergantung pada kemampuan dan motivasi seorang pengikut.SLT berasumsi bila
seorang pengikut tidak mampu dan tidak bersedia, pemimpin harus
memberikan pengarahan secara jelas dan spesifik. Bila para pengikut tidak mampu namun bersedia, pemimpin harus menampilkan orientasi tugas yang tinggi
untuk mengimbangi kurangnya kemampuan para pengikut. Apabila para pengikut mampu namun tidak
bersedia, pemimpin harus menggunakan gaya yang suportif dan partisipatif,
Sementara bila karyawan mampu dan bersedia, pemimpin tidak perlu berbuat banyak.
SLT
memiliki daya tarik yang intuitif. Pendekatan ini mengakui arti penting
pengikut dan dibangun di atas logika bahwa para pemimpin bisa mengompensasi
keterbatasan kemampuan dan motivasi dalam diri para pengikut mereka.
Ø Teori Pertukaran Pemimpin-Anggota
Teori-teori kepemimpinan yang telah kita pelajari
sampai saat ini sebagian besar mengasumsikan bahwa pemimpin memperlakukan semua
pengikut mereka dengan cara yang sama. Artinya, berbagai teori tersebut
berasumsi bahwa para pemimpin menggunakan gaya yang cukup homogen dengan semua
orang di dalam unit kerja mereka.
Ø
Teori Peryukaran
Pemimpin-Anggota
menyatakan bahwa karena tekanan waku, pemimpin
membangun suatu hubungan khusus dengan suatu kelompok kecil dari para
pengikutnya.
Para
pemimpin menjalankan LMX dengan cara memberikan semacam penghargaan kepada
karyawan-karyawan yang ingin mereka ajak membangun hubungan yang lebih dekat
dan memberikan hukuman-hukuman kepada orang-orang yang tidak mereka inginkan
dalam hubungan yang lebih baik.Poin utama yang perlu diperhatikan disini adalah
meskipun pemimpin yang memilih, karakteristik-karakteristik pengikutlah yang
menentukan keputusan pengategorian sang pemimpin.
Pemimpin
menginvestasikan sumber-sumber daya mereka dengan orang-orang yang mereka harap
bisa bekerja dengan baik. Selain itu “mengetahui” bahwa anggota-anggota
kelompok kesayanganya adalah yang paling cakap, para pemimpin memperlakukan
mereka sedemikian rupa dan tanpa disadari mewujudkan ramalan itu.
Ø Teori Jalan-Tujuan
Teori jalan-tujuan (path-goal theory) merupakan tugas
pemimpin untuk memberikan informasi, dukungan, atau sumber-sumber daya lain
yang dibutuhkan kepada para pengikut agar mereka bisa mencapai berbagai tujuan
mereka.
perilaku
pemimpin.
House mengidentifikasi empat perilaku kepemimpinan.
·
Pemimpin yang direktif
yaitu member tahu kepada para pengikut mengenai apa yang diharapkan dari
mereka, menentukan pekerjaan yang harus mereka selesaikan,dan memberikan imbingan khusus terkait dengan menyelesaikan
berbagai tugas.
·
Pemimpiun yang suportif
adalah pemimpin yang ramah dan memperhatikan kebutuhan para pengikut
·
Pemimpin yang
partisipatif yaitu berunding dengan para
pengikut dan menggunakan saran-saran mereka sebelum mengambil sebuah keputusan
·
Pemimpin yang
berorientasi pencapaian yaitu menetapkan
tujuan-tujuan yang besar dan mengharapkan para pengikutnya untuk bekerja dengan
sangat baik.
Ø Beragam Variabel dan Prediksi Kemungkinan
Teori jalan-tujuan
menawarkan dua kelas variable kemungkinan yang menghubungkan perilaku
kepemimpinan dengan hasil variable-variabel dalam lingkungan yang berada diluar
kendali karyawan .Faktor-faktor lingkungan menentukan jenis perilaku pemimpin
yang dibutuhkan sebagai pelengkap apabila hasil pengikut ingin dimaksimalkan,
sementara karakteristik personal karyawan menentukan bagaimana lingkungan dan
perilaku pemimpin diinterpretasikan. Karenanya teori ini menyatakan bahwa
perilaku pemimpin akan menjadi tidak efektif bila perilaku tersebut tumpang
tindih dengan sumber-sumber struktur lingkungan atau kongruen dengan karakteristik
karyawan.
Ø Model Pemimpin-Partisipasi
Victor Vroom dan Philip
Yetton mengembangkan sebuah model
pemimpin partisipasi yang mengaitkan perilaku kepemimpinan dan partisipasi
dalam pembuatan keputusan. Model yang dikembangkan Vroom dan Yetton tersebut
bersifat normatif. Model itu menyediakan serangkaian peraturan yang harus
diikuti ketika menentukan bentuk dan besarnya partisipasi dalam pembuat
keputusan.Model pemimpin partisipasi merupakan sebuah batang tubuh keputusan
yang menginkoporasikan tujuh kemungkinan ( yang relevansinya bisa
diidentifikasi dengan membuat pilihan “ya” atau “tidak” ) dan lima gaya
kepemimpinan alternatif.
Peneliti yang bertujuan menguji model pemimpin
partisipasi yang asli maupun yang merupakan hasil revisi belum memberikan hasil
yang membesarkan hati. Kritik umumnya terfokus pada berbagai variable yang
dihapuskan dan pada kerumitan model ini. Teori-teori kemungkinan yang lain
menunjukkan bahwa stress, kecerdasan, dan pengalaman merupakan variable
situasional yang penting. Namun, model pemimpin partisipasi tidak mencakupnya.
1. KEKUASAAN
Definisai Kekuasaan
Kekuasaan merupakan kemampuan yang
dimiliki A untuk memengaruhi perilaku B sehingga B bertindak sesuai dengan
keinginan A. Kekuasaan boleh saja ada, tetapi tidak digunakan, karena itu
kekuasaan merupakan suatu kemampuan atau potensi. Seseorang bisa saja memiliki
kekuasaan tetapi tidak menjalankannya. Barangkali aspek terpenting dari
kekuasaan adalah bahwa hal ini meruoakan fungsi ketergantungan. Semakin besar
ketergantungan B terhadap A, semakin besar pula kekuasan A dalam hubungan
tersebut. Seseorang dapat memiliki kekuasaan atas diri anda hanya jika ia
mengendalikan sesuatu yang anda inginkan.
MEMBANDINGKAN KEPEMIMPINAN
DAN KEKUASAAN
Konsep
dari kepemimpinan dan kekuasaan adalah saling bertautan. Para pemimpin
menggunakan kekuasaan sebagai sarana untuk mewujudkan tujuan kelompok. Para
pemimpin mencapai tujuan, dan kekuasaan adalah sarana untuk memudahkan usaha
mereka tersebut. Kekuasaan tidak mengisyaratkan tujuan melainkan ketergantungan
seangkan kepemimpinan mensyaratkan kesesuaian antara tujuan pemimpin dan mereka
yang dipimpin.
Perbedaan
yang kedua yaitu dengan arah pengaruh. Kepemimpinan berfokus padapengaruh kebawah
kepada para pengikut. Kepemimpinan meminimalkanpola-pola pemngaruh ke samping
dan ke atas. Kekuasaan tidak demikian. Perbedaan lain dengan penekanan
penelitian. Penelitian mengenai kepemimpinan, sebagianbesra menekankan gaya.
Penelitian tersebut mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyan seperti seberapa
suportif semestinya seorang pemimpin?sampai tingkat mana proses pengambilan
keputusan harus dilakukan bersama dengan para pengikut?sebaliknya, penelitian
mengenai kekuasaan cnderung mencakup bidag yang lebih luas dan terfokus pada
takti-taktik untuk memperoleh kepatuhan dari anak buah. Penelitian tersebut
melampaui individu sebagai pelaksana kekuasaan karena kekuasaan dapat digunakan
oleh kelompok dan juga individu untuk mengendalikan individu atau
kelompok-kelompok lain.
D.LANDASAN KEKUASAAN
Landasan
kekuasaan atau sumber kekuasaan dibagi ke dalam dua kelompok umum yaitu Formal
dan Pribadi.
Ø Kekuasaan Formal
Kekuasaan
formal didasarkan pada posisi seorang individu dalam sebuah organisasi.
Kekuasaan formal dapat berasal dari kemampuan untuk memaksa atau memebri
imbalan atau dari wewenang formal.
Kekuasaan koersif.landasan kekuasaan koersif adalah landasan
kekuasaan yang bergantung pada rasa takut. Seseorang memberikan reaksinya
terhadap kekuasaan ini karena rasa takut terhadap akibat-akibat negatif yang
mungkin terjadi jika ia tidak patuh. Kekuasaan koersif mengandalkan aplikasi,
atau ancaman apliasi, sanksi fisik yang menimbulkan rasa sakit, menimbulkan
frustasi melalui pembatasan gerak, atau pengendalian paksa terhadap kebutuhan
dasar fisiologis atau keamanan.
Di
tingkat organisasi A memiliki kekuasaan koersif atas B jika A dapat
memberhentikan, menunda, atau menurunkan pangkat B, dengan asumsi B menhargai
pekerjaannya. Demikian pula, jia A dapat menugasi B dengan aktivitas kerja yang
tidak menyenangkan B atau mengancam B sedemikian sehingga B dipermalukan, dapat
dikatakan bahwa A memiliki kekuasaan koersif atas B. Kekuasaan koersif juga
diperoleh karena seseorang memegang informasi kunci. Dalam sebuah organisasi,
orang yang memiliki data atau pengetahuan yang dibutuhkan orang lain dapat
memuat orang lain bergantung pada mereka.
Kekuasaan imbalan.
kebalikan
dari kekuasaan koersif adalah kekuasaan imbalan . orang memenuhi keinginan atau arahan orang lain karena dengan
berbuat demikian ia akan mendapatkan manfaat positif, karena itu seseorang yang
dapat membagikan imbalan atau penghargaan yang dipandang orang lain bernilai
akan memiliki kekuasaan atas orang lain itu. Imbalan ini bisa bersifat
finansial seperti pengendalian tingkat upah, kenaikan upah, dan bonus atau
nonfinansial yaitu termasuk pengakuan, promosi, penugasan kerja yang menarik,
kolega yang ramah, dan wilayah kerja atau wilayah penjualan yang lebih disukai.
Kekuasaan
koersif dan kekuasaan imbalan saling berlawanan. Jika dapat membuang sesuatu
yang bernilai positif dari orang lain atau menimbulkan sesuatu yang bernilai
negatif, anda memiliki kekuasaan koersif atas orang lain. Jika dapat memberi
seseorang sesuatu yang bernilaipositif atau mebuang sesuatu yang bernilai
negatif, anda memiliki kekuasaan imbalan atas orang itu.
Kekuasaan legitimasi. Dalam kelompok atau
organisai formal, barangkali akses yang paling mudah ditemuai pada satu atau
lebih landasan kekuasaan adalaha posisi steuktural seseorang. Hal ini disebut kekuasaan legitimasi. Kekuasan ini
melambangkan kewenangan formal untuk mengendalikan dan memanfaatkan
sumber-sumber daya organisasi.
Posisi-posisi
yang memiliki kewenangan mencakup kekuasaan koersif dan imbalan. namun,
kekuasaan legitimasi lebih luas daripada kekuasaan untuk memaksa dan memberikan
imbalan. secara spesifik kekuasaan ini mencakup penerimaan wewenang suatu jabatan
oleh anggota-anggota dalam sebuah organisasi.
Ø
Kekuasaan Pribadi
Anda tidak harus memiliki posisi
formal dalam sebuah organisasi untuk memiliki kekuasaaan. Banyak diantara
perancang cip yang paling cakao dan produktif di Intel,misalnya, memiliki kekuasaan,
tetapi mereka bukan manajer dan tidak memegang kekuasaan formal. Yang mereka
miliki adalah kekuasaan pribadi yaitu kekuasaan yang berasal dari karakteristik
individual mereka yang unik. Dalam bagian ini, kita akan mengamati dua basis
kekuasaan pribadi- keahlian dan rasa hormat serta kagum dari orang lain.
Kekuasaan
karena keahlian. Kekuasaan karena
keahlian adalah pengaruh yang diperoleh dari keahlian, ketrampilan
khusus,atau pengetahuan. Keahlian telah menjadi salah satu sumber pengaruh yang
paling kuat karena dunia sudah semakin berorientasi pada teknologi. Karena
pekerjaan semakin terspesialisasi, kita menjadi semakin bergantung kepada para
ahli untuk mencapai tujuan. Jadi, meskipun secara umum diakui bahwa dokter
memiliki keahlian dan dengan demikian memiliki kekuasaan sebagai ahli- sebagian
besar di antara kita mengikuti saran-saran yang diberikan oleh dokter kita.
Anda juga harus mengakui bahwa para spesialis bidang komputer, akuntan
oajak,ahli ekonomi,psikologi iindustri, dan spesialis lain mampu menjalankan
kekuasaan sebagai hasil dari keahlian mereka.
Kekuasaan rujukan. Kekuasaan
rujukan didasarkan pada identifikasi terhadap seseorang yang memiliki
sumber daya atau sifat-sifat personal yang menyenangkan. Jika saya
menyukai,menghormati, dan mengagumi Anda, Anda dapat menjalankan kekuasaan atas
saya karena saya ingin menyenangkan hati anda.
Kekuasaan rujukan
berkembang dari kekaguman terhadap orang lain dan hasrat untuk menjadi seperti
orang tersebut. Hal ini membantu menjelaskan misalny, mengapa para selebriti
dibayar jutaan dolar untuk mempromosikan produk-produk yang diiklankannya.
Salah satu cara orang mendapatkan kekuasaan rujukan yaitu dengan karisma.
Sebagian orang memiliki kekuasaan semacam ini yang walaupun tidak menduduki
posisi kepemimpinan formal, mampu memanfaatkan pengaruhnya terhadap orang lain
lantaran dinamisme karismatik, rasa gembira, dan efek emosional mereka atas
kita.
TAKTIK KEKUASAAN
Taktik kekuasaan adalah apa yang orang
gunakan untuk menerjemahkan landasan kekuasaan menjadi tindakan tertentu?
dengan kata lain, pilihan-pilihan apa saja yang dimiliki seseorang untuk
memengaruhi atasan,rekan kerja,atau karyawan mereka?dan apakah ada dari
pilihan-pilihan tersebut yang paling efektif?arti sebenarnya dari taktik
kekuasaan yaitu cara individu menerjemahkan landasan kekuasaan ke dalam
tindakan-tindakan tertentu.
Penelitian telah mengidentifikasikan
sembilan macam taktik pengaruh:
·
Legitimasi.mengandalkan posisi kewenangan seseorang atau
menekankan bahwa sebuah ermintaan selaras dengan kebijakan atau ketentuan dalam
organisasi.
·
Persuasi rasional.menyajikan argumen-argumen yang logis
dan berbagai bukti faktual untuk memperlihatkan bahwa sebuah permintaan itu
masuk akal.
·
Seruan inspirasional.mengembangkan komitmen emosional dengan
cara menyerukan nilai-nilai, kebutuhan,harapan,dan aspirasi sebuah sasaran.
·
Konsultasi.meningkatkan motivasi dan dukungan dari pihak yang
menjadi sasaran dengan cara melibatkannya dalam memutuskan bagaimana rencana
atau perubahan akan dijalankan.
·
Tukar pendapat. Memberikan imbalan kepada target atau
sasaran berupa uang atau penghargaan lain sebagai ganti karena mau menaati
suatu permintaan.
·
Seruan pribadi. Meminta kepatuhan berdasarkan
persahabatan tau kesetiaan.
·
Menyenangkan orang lain. Menggunakan rayuan, pujian, atau
[erilaku bershabat sebelum membuat permintaan.
·
Tekanan. Menggunakan peringatan,tuntutan tugas,dan ancaman.
·
Koalisi. Meminta bantuan orang lain untuk membujuk sasaran
atau menggunakam dukungan orang lain sebagai alasan si sasaran agar setuju.
Beberapa
taktik tersebut umumnya lebih efektif daripada yang lain. Secara khusus, bukti
menunjukan bahwa persuasi rasional,seruan inspirasional,dan konsultasi
cenderung menjadi cara yang paling efektif diantara kesembilan taktik yang
lain. Anda juga dapat meningkatkan kemungkinan keberhasilan Anda dnegan cara
menerapkan lebih dari satu jenis taktik pada saat bersamaan atau secara
berurutan, sepanjang pilihan-pilihan taktik Anda itu selaras.
Tetapi,
beberapa taktik berfungsi lebih bai bergantung pada arah dari pengaruh.
Sebagaimana yang ada dalam Tampilan 14-2, beberapa studi menemukan bahwa
persuasi rasional merupakan satu-satunya taktik yang efektif di seluruh
tingkatan organisasi. Seruan inspirasional sangat baik sebagai taktik
memengaruhi bawahan. Jika tekanan berhasil maka hampir dapat dipastikan bahwa
hal ini hanya mampu berpengaruh ke bawah. Seruan pribadi dan koalisi paling
efektif digunakan dengan upaya-upaya yang memiliki pengaruh lateral. Selain
arah engaruh, sejumlah faktor lain ditemukan juga memengaruhi taktik yang
paling berfungsi. Faktor-faktor ini meliputi pengurutan taktik, ketrampilan
seseorang dalam menggunakan taktik, kekuasaan kerabat seseorang, jenis
permintaan dan bagaimana permintaan tersebut dimengerti,kultur organisasi,serta
faktor-faktor kultur tertentu dari suatu negara.
Kiranya
akan lebih efektif jika Anda mulai dengan taktik yang “lebih halus” yang
mengandalkan kekuasaan pribadi seperti seruan pribadi dan inspirasional, persuasi
rasional, dan konsultasi. Jika taktik-takti ini gagal,anda bisa beralih ke
taktik-taktik yang”lebih keras” seperti tukar pendapat, koalisi,dan tekanan.
Yang menarik, ditemukan petunjuk bahwa penggunaan suatu taktik halus lebih
efektif daripada suatu taktik yang lebih keras dan bahwa gabungan dua taktik
halus,atau sebuah taktik halus dan persuasi rasioanal, lebih efektif daripada
taktik tunggal manapun atau gabungan taktik-taktik keras.
Beberapa
kajian menemukan bahwa sebuah taktik berkemungkinan berhsil lebih besar jika
pihak sasaran atau target memandangnya sebagai bentuk perilaku pengaruh yang
dapat diterima secara sosial, pelakunya memiliki posisi dan kekuasaan pribadi
yang memadai untuk menggunakan taktik itu, taktik itu dapat memengaruhi sikap pihak
sasaran menyangkut permintaan tertentu, digunakan secara trampil, digunakan
untuk meminta sesuatu yang masuk akal,dan selaras dengan nilai-nilai dan
kebutuhan pihak sasaran.
Kita
menyadari bahwa kultur di dalam organisasi berbeda antara satu dengan yang
lainnya misalkan sebagian organisasi lebih memiliki suasana hangat,santai,dan
mendukungnya;sebagian yang lainnya lebih formal dan konservatif. Karena itu
kultur organisasi dimana orang bekerja akan berpengaruh dalam menentuka
taktik-taktik yang dianggap tepat. Sebagian kultur mendorong penggunaan
partisipasi dan konsultasi, sebagian lain mendorong pemikiran rasional, dan
sebagian lainnya lagi mengandalkan tekanan. Jadi organisasi itu sendiri akan
memengaruhi rangkaian taktik kekuasaan yang dipandang bisa diterima untuk
digunakan.
Terakhir, bukti
menunjukan bahwa orang di negara yang berbeda cenderung lebih menykai taktik
kekuasaan yang berbeda. Sebagai contoh sebuah studi yang membandingkan para
manajer di Amerika Serikat dan Cina menemukan bahwa para manajer di Amerika
Serikat memandang pemikiran rasional sebagai taktik yang paing efektif,
sedangkan para manajer di Cina lebih menyukai taktik koalisis
Ø Kekuasaan dalam Kelompok : koalisi
Mereka yang
“berada di luar lingkaran kekuasaan” dan berusaha “masuk” ke dalam kelompok
mula mula akan mencoba memperbesar kekuasaan mereka secara individual. Mengapa
puas dengan remah – remah jika kita bisa mendapatkan keuntungan lebih? Tetapi,
jika upaya ini terbukti tidak efektif, alternatifnya adalah membentuk sebuah
koalisi (coalition). Suatu kelompok
informal yang di ikat oleh satu isu perjuangan yang sama. Alasan membentuk
koalisi? Adalah dapat mempersatukan kelompok.
Orang – orang
yang menginginkan kekuasaan akan berupaya membangun landasan kekuasaan pribadi.
Tetapi, dalam banyak contoh, hal ini mungkin sulit, beresiko, mahal, atau
bahkan mustahil. Bila demikian, upaya akan dilakukan untuk membentuki koalisi
dari dua atau lebih orang di luar kekuasaan yang dengan bersatu, dapat
menggabungkan sumber – sumber daya mereka guna mengungkapkan kekuasaan.
Tiga prediksi
yang dapat kita buat mengenai pembentukan koalisi. Pertama koalisi dalam
organisasi sering kali berupaya memperbesar ukuran mereka sampai maksimal.
Dalam teori ilmu politik, koalisi bekerja secara lain mereka mencoba
meminimalkan ukuran. Prediksi kedua mengenai koalisi yang berkaitan dengan
kadar kesaling ketergantungan di dalam organisasi. Lebih banyak koalisi yang
bisa tercipta bila mana terdapat banyak ketergantungan tugas dan sumber daya.
Sebaliknya, akan terdapat lebih sedikit saling ketergantungan di antara
berbagai sub yunit dan lebih sadikit aktifitas pembentukan koalisibila mana
berbagai sub yunit itu mandiri dengan sumber daya yang melimpah.
Prediksi yang
terakhir, pembentukan koalisi akan di pengaruhi tugas tugas aktual yang
dijalankan oleh pekerja. Semakin rutin tugas kelompok, semakin besar
kemungkinan akan terbentuk koalisi. Semakin rutin pekerjaan yang orang lakukan
semakin besar ketergantungan mereka. untuk mengimbangi ketergantungan ini,
membutuhkan koalisi. Ini membantu menjelaskan sejarah terbentuknya serikat
–serikat, khususnya diantara pekerja yang berketrampilan rendah.
2.
POLITIK
Definisi
Perilaku politik
(political behaviour) adalah kegiatan
yang tidak di pandang sebagian dari peran formal seseorangdalam organisasi,
tetapi dapat mempengaruhi,atau berusaha mempengaruhi, distribusi keuntungan dan
kerugian di dalam organisasi. Definisi ini mencakup elemen – elemen kunci dari
apa yang dimaksutkan oleh kebanyakan orang ketika mereka berbicara tentang
politik berorganisasi. Selainn itu,definisi ini mencakup berbagai upaya untuk
mempengaruh.i tujuan, kreteria, atau proses – proses yang di gunakan dalam penganmbilan keputusan ketika kita
menyatakan bahwa terkait dengan “distribusi keuntungan dan kerugian di dalam
organisasi”. Definisi ini cukup luas untuk mencakup beragam perilaku politik
seperti menahan informasi kunci dari pengambil keputusan, bergabung dalam
koalisi, mencari-cari kesalahan menyebarkan rumor, membocorkan informasi
rahasia tentang kegiatan organisasi kepada media, saling menyenangkan orang
lain di dalam demokrasi untuk memperoleh manfaat bersama, dan melobi atas nama
atau melawan seseorang atau alternatif keputusan tertentu.
Perilaku politik
yang sah (legitimate political behaviour)
adalah politik sehari- hari yang muncull dengan wajar. Hal tersebut seperti
membangun koalisi, menentang kebijakanatau organisasi lewat pemogokan atau
dengan terlalu berpegang ketat pada ketentuan yang ada, dan menjalin hubungan
ke luar organisasi melalui kegiatan profesi. Sedangkan perilaku politik yang
tidak sah (illegitimate political
behaviour) adalah perilaku politik berat yang menyimpang dan aturan main
yang telah ditentukan. Kegiatan yang tidak sah tersebut meliputi sabotase,
melaporkan kesalahan, dan protes- protes simbolis seperti mengenakan pakaian nyeleneh atau memakai bros tanda protes,
dan bebderapa karyawan yang secara serentak berpura- pura sakit agar tidak
perlu masuk kerja.
Mayoritas
tindakan politik dalam organisasi bersifat sah. Alasan secara pragmatis adalah
bentuk perilaku politik yang tidak sah dan ekstrem jelas membuat pelakunya
berisiko kehilangan keanggotaan dalam organisasi atau menerima sanksi berat
selain, lebih jauh, hasil dan tindakan mereka itu belum bisa dipastikan
positif.
REALITAS POLITIK
Politik adalah
sebuah kenyataan hidup organisasi. Orang yang mengabaikan kenyataan ini akan
menanggung sendiri resikonya. Organisasi terbentuk dari individu dan kelompok
dengan nilai, tujuan, dan konflik untuk memperebutkan sumber daya. Contoh yang
biasa diperebutkan oleh karyawan adalah anggaran apartemen, alokasi ruamg,
tanggung jawab proyek dan penyesuaian gaji.
Sumber daya yang
dimiliki organisasi juga ada batasnya, sehingga potensi berubah menjadi konflik
nyata. Jika sumber daya melimpah, semua konsumen yang beragam dalam organisasi
dapat memenuhi kebutuhannya. Tetapi karena sumber daya terbatas, tidak setiap
kepentingan dapat terlayani. Keuntungan satu orang atau kelompok sering kali
dipahami akan diperoleh dengan mengorbankan orang atau kelompok lain dalam
organisasi. Adanya beberapa kekuatan ini menciptakan persaingan di antara para
anggota untuk memenangkan sumber daya organisaasi yang terbatas.
Faktor- faktor yang Berkontribusi terhadap Perilaku
Politik
Sejumlah
faktor yang mendorong perilaku politik adalah sebagian merupakan karakteriktis
individu, yang berasal dari sifat- sifat unik yang direkrut oleh organisasi;
sebagian lainnya adalah hasil dari kultur atau lingkungan internal organisasi.
Faktor
individu. Pada tataran individu, para peneliti telah mengindetifikasi sifat-
sifat kepribadian tertentu, kebutuhan dan beberapa faktor lain yang dapat
dikaitkan dengan perilaku politik seseorang. Dalam hal sifat, kita menemukan
bahwa para karyawan mampu yang mampu merefleksi diri secara baik (high self
monitor), memiliki pusat kendali (locus of control) internal, dan memiliki
kebutuhan yang tinggi akan kekuasaan punya kemungkinan lebih besar untuk
terlibat dalam perilaku politik.
Selain
itu, investasi seseorang dalam organisasi, alternatif – alternatif yang
diyakininya ada, dan harapan akan kesuksesan turut memengaruhi sejauh mana ia
akan memanfaatkan sarana tindakan politik yang tidak sah. Semakin besar
investasi seseorang dalam organisasi karena harapan akan mendapatkan keuntungan
di masa depan, semakin besar pula kerugian yang harus ditanggungnya jika
terpaksa harus keluar dari sana dan semakin kecil kemungkinan bahwa ia akan
menggunakan sarana politik yang tidak sah.
Jika
seseorang memiliki harapan akan
kesuksesan yang rendah dalam menggunakan sarana yang tidak sah, ia tidak
mungkin berbuat demikian. Harapan akan kesuksesan yang tinggi dalam penggunaan
sarana yang tidak sah kemungkinan besar merupakan wilayah orang- orang yang
berpengalaman dan berkuasa yang terampil berpolitik maupun karyawan tidak
berpengalaman dan naif yang salah menilai peluang mereka.
Dapat
dinyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi Perilaku politi,
yaitu faktor- faktor individu dan faktor- faktor organisasi. Hal- hal yang
termasuk dalam faktor- faktor individu adalah kemampuan merefleksi diri dengan baik, Pusat kendali internal,
Kepribadian High mach (“lincah”),
Investasi organisasi, alternatif pekerjaanyang diyakini ada, dan harapan akan
kesuksesan. Sedangkan yang termasuk dalam faktor- faktor organisasi adalah
realokasi sumber daya, peluang promosi, tingkat kepercayaan rendah, ambiguitas
peran, Sistem evaluasi kinerja tidak jelas, praktik- praktik imbalan zero-sum, pengambilan keputusan yang
demokratis, tekanan kinerja tinggi, dan para manajer senior yang egois.
PENGERTIAN
POLITIK DALAM PRGANISASI
Pengertian
politik dengan politik dalam organisasi hampir bersinggungan. Konsep-konsep kekuasaan, influence (pengaruh), resources
(sumberdaya), interest (kepentingan), merupakan sejumlah konsep yang
melekat di dalam definisi politik maupun politik organisasi. Politik tidak selalu berarti buruk. Politik
adalah media kompetisi gagasan antar sejumlah pihak yang berbeda guna mencapai
tujuan masing-masing. Sedangkan politik keorganisasian adalah tindakan-tindakan yang diambil untuk
memperoleh dan menggunakan power (kekuasaan) dalam hal pengendalian sumber daya
organisasi demi mencapai hasil yang diharapkan oleh satu pihak terhadap pihak lain.
PERILAKU
POLITIK DALAM ORGANISASI
Ketika organisasi melakukan
perampingan untuk meningkatkan efisiensi, pengurangan sumber daya harus
dilakukan. Terancamnya kehilangan sumber daya, orang dapat terlibat dalam
tindakan politik untuk mengamankan apa yang mereka miliki. Tetapi perubahan apa
pun,khususnya yang mengimplikasi
realokasi sumber daya dalam organisasi secara signifikan, berkemungkinan
merangsang timbulnya konflik dan meningkatkan politisasi.
Keputusan promosi senantiasa
ditengarai sebagai salah satu tindakan paling poitis dalam organisasi. Peluang
promosi atau kemajuan mendorong orang untuk bersaing mendapatkan sumber daya
yang terbatas dan mencoba secara positif memengaruhi hasil keputusan.
Semakin kecil kepercayaan yang ada
dalam organisasi, semakin tinggi tingkat perilaku politik dan semakin mungkin
perilaku politik itu akan tidak sah. Karenanya, tingkat kepercayaan yang tinggi
secara umum akan menekan tingkat perilaku politik dan secara khusus akan
menghambat tindakan politik yang tidak sah.
Kegiatan politik didefinisikan
sebagai kegiatan yang tidak disyaratkan sebagai bagian dari peran formal
seseorang, semakin besar ambiguitas peran semakin banyak seseorang dapat
terlibat dalam kegiatan politik dengan peluang kegiatan itu terlihat kecil.
Apabila kultur sebuah organisasi
menekankan pada pendekatan zero-sum atau menang-kalah dalam kebijakan alokasi
imbalannya, karyawan akan semaki n termotivasi untuk melibatkan diri dalam
politisasi. Pendekatan zero-sum menganggap imbalan sebagai harga mati sehingga
keuntungan apa pun yang didapat satu orang atau kelompok harus diperoleh dengan
mengorbankan orang atau kelompok lain. Jika saya menang,anda harus
kalah!Praktik semacam ini mendorong seorang karyawan untuk menjelek-jelekkan
karyawan lain dan membesar-besarkan
peran diri sendiri.
Saat ini para manajer di berbagai organisasi di dorong untuk ebih
bersikap demokratis. Manajer diminta untuk lebih terbuka terhadap masukan dari
para karyawan dalam proses pengambiln keputusan dan mau mendengarkan saran dari
kelompok dalam proses yang sama. Tetapi tidak semua manajer menganut demokrasi.
Banyak manajer menggunakan kedudukan
untuk melegitimatisi kekuasaan dan membuat keputusan yang bersifat sepihak.
Para karyawan semakin merasakan tekanan besar untuk meningkatkan kinerja mereka
sehingga besar kemungkinan mereka terlibat dalam proses politisasi.
Persepsi politik dalam organisasi
mempunyai hubungan yang negatif terhadap kepuasan kerja. Persepsi terhadap
politik dalam organisasi juga cenderung meningkatkan kecemasan dan stres kerja.
Selain itu tingkat perputran karyawan meningkat dan dapat menurunkan kinerja
karyawan.
TAKTIK
MEMAINKAN POLITIK DALAM ORGANISASI
Ø Meningkatkan
ketidakmampuan mengganti.
Jika dalam suatu organisasi hanya ada satu-satunya orang
atau subunit yang mampu melakukan tugas yang dibutuhkan oleh subunit atau
organisasi, maka ia atau subunit tersebut dikatakan sebagai memiliki
ketidakmampuan mengganti.
Ø
Dekat dengan manajer yang berkuasa.
Cara lain untuk memperoleh kekuasaan adalah dengan
mengadakan pendekatan dengan manajer yang sedang berkuasa.
Ø Membangun
koalisi.
Melakukan koalisi dengan individu atau subunit lain yang
memiliki kepentingan yang berbeda merupakan taktik politik yang dipakai oleh
manajer untuk memperoleh kekuasaan untuk mengatasi konflik sesuai dengan
keinginanya.
Ø Mempengaruhi
proses pengambilan keputusan.
Dua taktik untuk mengendalikan proses pengambilan keputusan
agar penggunaan kekuasaan nampaknya memiliki legitimasi dan sesuai dengan
kepentingan organisasi yaitu mengendalikan agenda dan menghadirkan ahli dari
luar.
Ø Menyalahkan
atau menyerang pihak lain.
Manajer biasanya
melakukan ini jika ada sesuatu yang tidak beres atau mereka tidak dapat
menerima kegagalannya dengan cara menyalahkan pihak lain yang mereka anggap
sebagai pesaingnya.
Ø
Memanipulasi informasi.
Taktik lain yang sering dilakukan adalah manipulasi
informasi. Manajer menahan informasi, menyampaikan informasi kepada pihak lain
secara selektif, mengubah informasi untuk melindungi dirinya.
Ø
Menciptakan dan menjaga image yang
baik.
Taktik positif yang sering dilakukan adalah menjaga citra
yang baik dalam organisasi tersebut. Hal ini meliputi penampilan yang baik,
sopan, berinteraksi dan menjaga hubungan baik dengan semua orang, menciptakan
kesan bahwa mereka dekat dengan orang-orang penting dan hal yang
sejenisnya.
Ø
Etika Berperilaku secara politis
Berperilaku politik secara etis tidah ada
standart-standart yang dapat membedakan apakah kegiatan berpolitik yang kita
jalankan itu etis atau tidak etis. Tetapi ada beberapa pertanyaan yang dapat
menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan etis atau tidaknya berperilaku
politis. Dan pertanyaan itu ditujukan kepada diri sendiri. Pertanyaannya adalah
apa guna berperilaku seperti itu? Selain itu sebelum berbuat demikian hendaknya
menimbang dan memikirkan apakah hal yang dilakukan sepadan dengan resikonya.
Dan yang terakhir adalah apakah kegiatan politik selaras dengan standar
kesetaraan dan keadilan. Tetapi, jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut
sering diperdebatkan dengan berbagai cara agar praktik-praktik yang tidak etis
menjadi etis.